Heydayat.com – Siapa sih yang tak kenal aktivitas mendaki? Dewasa kini, mendaki gunung menjadi kegiatan menyenangkan dan populer di kalangan anak muda.
Tak hanya para pemuda, pelajar dan orang tua pun banyak yang melakukan aktivitas ini. Terlebih, Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung-gunung tinggi. Jadi, sangat mubazir jika tidak pernah melakukan pendakian setidaknya sekali untuk seumur hidup. hehe
Sebagai seorang pendaki, kamu tentu tidak asing dengan penyebutan umum dalam pendakian. Namun, bagi kamu yang pemula, sudah tahu kah tentang istilah dan sebutan dalam pendakian? Jangan sampai salah sebut yaa, biar nanti tidak malu atau terasa kaku saat mendaki bersama teman seperjalanan.
Berikut adalah beberapa istilah atau penyebutan dalam kegiatan mendaki gunung :
Istilah & Sebutan Dalam Mendaki Gunung
Akamsi – Akronim dari Anak Kampung Situ. Sebutan pendaki asal Jakarta untuk menyebut masyarakat atau orang lokal seusia atau lebih muda yang ditemui di tempat pendakian.
Akamsi tidak digunakan untuk menyebut orang yang lebih tua karena kurang sopan.
Alloy – Frame tenda yang terbuat dari bahan logam campuran dengan kekuatan dan elastisitas tinggi. Frame ini dikenal sebagai frame dengan bahan yang berkualitas baik dan tidak mudah rusak.
Basecamp – Pos paling pertama, tempat pendaki melakukan registrasi sebelum melakukan pendakian.
Bivak – Tenda atau gubuk darurat sebagai tempat istirahat atau bermalam. Bivak umumnya hanya berupa tempat istirahat berbentuk segitiga sederhana, biasanya dibuat secara dadakan oleh pendaki survival.
Briefing – Pemberian arahan oleh pemandu atau petugas kepada para pendaki sebelum mulai mendaki.
Camping Ground – Disebut juga dengan Camp Ground, yaitu area yang bisa digunakan sebagai tempat untuk mendirikan tenda.
Carrier – Tas punggung untuk membawa peralatan mendaki, khususnya tenda dan logistik. Daya tampung tasnya sangat besar dan kapasitasnya dihitung dengan satuan liter. Umumnya, carrier terdiri dari ukuran volume 40 liter, 50 liter, dan 80 liter.
Daypack – Tas mini berkapasitas kecil untuk membawa perbekalan atau peralatan seperlunya.
Hammock – Tempat tidur gantung yang bisa digunakan sebagai ayunan. Biasanya digunakan dengan cara mengikatkan tali di dua sisinya ke masing-masing pohon yang berbeda.
Hipo / Hipotermia – Kondisi kesehatan berupa gejala menggigil hingga kehilangan kesadaran karena efek kedinginan.
HT – Handy Talky. Perangkat komunikasi yang bekerja menggunakan gelombang radio.
HT bisa digunakan untuk berkomunikasi di daerah yang sulit sinyal telekomunikasi seperti handphone. Dengan HT, pendaki bisa berkomunikasi dengan satu orang lainnya atau lebih dari jarak jauh.
Jalur – Rute atau jalan yang harus dilewati untuk bisa sampai ke tujuan/puncak.
Fly Sheet – Kain kedap air atau parasut yang biasa digunakan untuk layer tambahan di atas tenda atau sebagai penutup di bagian teras tenda. Bisa juga digunakan untuk membuat bivak atau tenda darurat ketika terjadi hujan di tengah-tengah perjalanan.
Frame – Kerangka tenda yang memungkinkan tenda bisa berdiri.
Head Lamp – Lampu atau senter yang dipasangkan di kepala – sebagai penerangan untuk mendaki di malam hari.
Keril – Sebutan lain untuk carrier, yaitu tas punggung yang digunakan untuk membawa peralatan mendaki.
Kuncen – Juru kunci. Tetua lingkungan gunung sebagai penjaga adat.
Leader – Pemimpin regu. Orang yang bertindak sebagai pemimpin kelompok dan biasanya berjalan di posisi paling depan saat mendaki.
Lintas – Melakukan pendakian dimulai dari pos perijinan yang satu, kemudian turun melalui pos perijinan yang berbeda.
Logistik – Perbekalan berupa bahan makanan ketika mendaki.
Matras – Alas berukuran lebar yang digunakan untuk alas tidur ketika di dalam tenda atau digunakan sebagai alas untuk keperluan lainnya.
Matras digunakan untuk meminimalisir hawa dingin ketika tidur, atau sebagai alas yang bersih ketika melakukan kegiatan memasak, istirahat atau duduk, dan sebagainya. Matras bisa berupa terpal, kain ripstop, alas berbahan spon/sponge, sintetis, atau yang lainnya.
Komentar