oleh

Daftar Istilah Investasi Saham, Sudah Tahu Semua?

Abjad O-Z

Overvalue – Posisi ketika harga saham suatu emiten berada jauh di atas harga wajarnya. Harga wajar bisa dilihat dari rasio PBV-nya. Nilai saham dikatakan wajar apabila nilai PBV-nya adalah 1. Sedangkan, akan dikatakan overvalued jika harga saham tersebut sudah mencapai beberapa kali PBV atau bisa ditunjukkan dengan angka 5 ke-atas.

Harga suatu saham belum bisa dikatakan overvalued jika PBV masih di kisaran 2 hingga 4. Karena umumnya, dengan harga saham PBV antara 2 dan 4, nilai Yield yang akan diperoleh investor masih tergolong menarik dan rasional. Yield di sini adalah nilai yang diperoleh dari besaran dividen dan probabilitas pertumbuhan harga saham yang masih bisa terkerek naik.

Pengendali – Pemegang saham mayoritas, sebagai pihak yang memiliki hak kontrol mengelola perusahaan.

PER (Price To Earnings Ratio) – Rasio perbandingan antara harga saham dengan laba yang dihasilkan perusahaan. Hitungannya adalah PER = Harga Saham / Laba Per Saham (EPS).

Penilaian EPS dapat dilakukan dengan membandingkan PER perusahaan dalam industri sejenis. Semakin rendah PER-nya, semakin menarik suatu perusahaan di mata investor.

Pompom – Istilah tidak resmi, sebutan untuk ajakan membeli saham-saham tertentu.

Profit – Untung. Keuntungan yang diperoleh dari aktivitas investasi atau trading.

Profit Taking – Tindakan merealisasikan keuntungan dengan menjual saham ketika harganya sudah naik dibanding harga saat beli.

RDN (Rekening Dana Nasabah) – Akun rekening tempat untuk menampung saldo kamu yang dikhususkan untuk aktivitas jual-beli saham. Rekening ini terpisah dari rekening konvensional. Jika ingin mencairkan uang, harus transfer dulu dari RDN ke rekening pribadi.

Rebound – Harga saham bangkit atau mengalami kenaikan setelah mengalami masa penurunan dalam kurun waktu tertentu.

Resistance atau Resisten – Rentang area harga saham pada posisi tertinggi pada satu momen tertentu. Resistance biasa digunakan investor sebagai indikator – kapan harus melepas kepemilikan sahamnya atau melakukan aksi jual.

Resistance atau resisten adalah bahasa yang digunakan dalam menganalisa pergerakan saham secara teknikal : Jika harga suatu saham sudah naik ke posisi tertentu, besar kemungkinan akan mengalami penurunan. Bahasa ini banyak digunakan oleh para trader yang melakukan aksi jual-beli saham dengan rentang waktu yang relatif cepat.

Analisa ini juga dekat hubungannya dengan istilah bandarmologi. Dimana, ketika bandar sudah mengakumulasi saham tersebut, maka ketika harga saham sudah bergerak naik dan mencapai harga tertentu – bandar akan melakukan aksi jual.

Ritel – Investor non-profesional yang memperjual-belikan Efek, khususnya saham, melalui rekening pribadinya pada perusahaan sekuritas. Ritel ditengarai sebagai investor bermodal kecil, dan melakukan transaksi jual-beli saham secara mandiri.

ROE (Return On Equity) – Rasio return saham dibanding modal. Hitungannya adalah ROE = Laba Bersih / Total Ekuitas.

ROE menggambarkan efisiensi perusahaan dalam mengelola modal usahanya. Semakin tinggi ROE, semakin menarik pula suatu perusahaan sebagai tempat untuk berinvestasi.

Saham dengan ROE tinggi berarti return saham terhadap modal dinilai tinggi.

Cara menganalisa ROE adalah dengan membandingkan ROE pada perusahaan yang bergerak di industri sejenis. Semakin meningkat ROE dari tahun ke tahun, artinya perusahaan semakin bertumbuh.

Saham Gocap – Sebutan untuk emiten yang harga sahamnya ada di kisaran Rp 50.

Saham Gorengan – Saham dari emiten-emiten yang harga sahamnya cenderung jadi ‘mainan’ oleh bandar atau pemain besar. Ciri-ciri saham gorengan adalah saham dari emiten dengan kapitalisasi usaha yang kecil. Dengan kapitasisasi yang kecil, dan nilai transaksi harian yang kecil pula, bandar dengan mudah menggerakkan harga saham meski bermodal beberapa ratus juta hingga satu atau dua miliaran rupiah saja.

Saham gorengan ada baiknya dihindari, sebab tujuan bandar memang untuk mengecoh investor ritel agar mau masuk dan membeli saham ini. Investor pemula tentu dilema melihat saham gorengan yang nampak mengalami kenaikan tinggi bahkan selama berhari-hari. Namun, untuk sebagian kecil investor, ini bisa mereka manfaatkan untuk mendapat cuan cepat. Tapi tetap saja dengan profil risiko yang diperketat.

Sentimen – Pendapat atau pandangan investor terhadap market atau saham-saham tertentu yang didasari oleh berita atau informasi yang beredar.

Serok Bawah – Tindakan investor membeli saham-saham yang mengalami penurunan harga, dan dirasa harganya ada di angka paling bawah (paling murah) yang bisa dicapai.

Shareholder – Pemegang saham. Terdiri dari institusi, perorangan, dan publik.

Sideways – Kondisi dimana harga saham tidak bergerak cukup signifikan selama rentang waktu tertentu : harga saham terjaga di rentang harga yang tidak jauh antara harga tertinggi dan terrendahnya dalam kurun waktu tertentu.

Stock Split – Pemecahan satuan unit saham menjadi beberapa bagian tanpa mengurangi nilai asetnya. Misal, harga satuan saham BBCA adalah Rp 10.000 per lembar saham. Setelah stock split 1:5 (satu banding lima), harga satuan untuk saham BBCA menjadi Rp 2.000 per lembar sahamnya.

Tujuan stock split adalah untuk menurunkan harga satuan saham sehingga harganya lebih terjangkau bagi investor ritel dan untuk menarik lebih banyak investor. Dari contoh di atas, jika pemilik lama memiliki 1 Lot saham BBCA, maka setelah stock split, kepemilikannya menjadi 5 Lot. Dari sisi transaksi, jika sebelumnya investor harus menyiapkan modal sebesar Rp 1.000.000 untuk bisa membeli 1 Lot BBCA, kini investor bisa membeli 1 Lot BBCA dengan modal Rp 200.000 saja.

Stop Loss – Instruksi atau perintah otomatis yang digunakan untuk membatasi atau menghentikan tingkat kerugian. Misal, kamu memebli saham BBYB di harga Rp 3.000 per lembar, kemudian menerapkan stop loss di 10% atau di harga Rp 2.700. Maka, ketika harga saham BBYB menyentuh harga Rp 2.700 atau 10% dari harga beli (Rp 3.000), saham kamu akan otomatis masuk ke antrian untuk dijual.

Suspensi / Suspend – Penghentian seluruh perdagangan saham yang ditetapkan dalam kurun waktu tertentu.

T+ – Hitungan untuk menentukan hari realisasi. T+ biasa diikuti dengan angka di belakangnya, misal T+1, T+2.

T berarti transaksi, + berarti penambahan hari, dan hari yang dimaksud adalah sesuai angka setelah +. Misal, realisasi dana untuk transaksi saham adalah T+2, maka ketika kamu membeli saham sejumlah Rp 1.000.000, dana cash kamu akan dikurangi sejumlah Rp 1.000.000 di hari ke-2 setelah hari pembelian. Ini juga berlaku jika kamu melakukan penjualan saham, dana cash akan masuk ke rekening setelah 2 hari.

Trader – Pelaku pasar saham yang melakukan kegiatan jual-beli saham untuk rentang waktu yang singkat. Aksi membeli dan menjual saham secara cepat ini disebut dengan trading.

Rentang waktu yang dimaksud bisa berarti dalam hitungan satu bulan, satu minggu, satu hari, bahkan beberapa jam atau menit saja. Selama nilai jual berada di posisi lebih tinggi dari harga beli, Trader bisa merealisasikan profit kapan saja (sesukanya).

Trader terbagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya : Scalper, Day Trader, Swing Trader.

Undervalue – Kebalikan dari Overvalue, yaitu posisi ketika harga saham suatu emiten berada di bawah harga wajarnya. Jika PBV menunjukkan angka di bawah 1, maka harga saham emiten tersebut sudah atau sedang undervalued.

Undervalue berbeda artinya dengan “murah”. Murah diartikan bahwa harga saham emiten sedang mengalami penurunan dan berada di posisi rendah secara historis, namun belum menyentuh harga wajarnya. Sedangkan undervalue adalah harga murah secara hitungan matematis.

Window Dressing – Momen ketika para investor institusi melakukan pembaruan portofolio sahamnya pada masa tertentu. Pembaruan artinya menempatkan investasinya di emiten yang dirasa menarik dan menguntungkan, bisa dengan : menjual saham yang lama, kemudian masuk ke emiten yang baru ; atau memasukkan modal yang baru untuk membeli saham-saham yang dirasa bagus.

Window dressing bisa terjadi pada akhir kuartal atau akhir tahun. Namun, yang paling umum dan banyak disoroti adalah ketika akhir tahun hingga bulan pertama di awal tahun.

WNS (Wait And See) – Sikap investor menunggu perkembangan pasar dan tidak melakukan transaksi apapun. Contoh WNS salah satunya adalah ketika Amerika akan mengumumkan besaran inflasi negaranya pada Desember 2021 – yang merupakan salah satu inflasi terbesar sepanjang sejarah Amerika. Market cenderung WNS, khususnya di Indonesia sendiri, menunggu apakah market akan bergerak lesu atau sebaliknya.

Yield – Imbal hasil investasi. Bisa dihitung dari perolehan dividen ataupun selisih antara harga beli dan jual.

Nah, itu tadi adalah daftar istilah pasar saham yang sering disebutkan. Dari sekian banyak istilah, kamu tidak harus tahu semuanya, kok. Jika kamu sudah terjun ke pasar saham, nanti dengan sendirinya kamu akan memahami daftar istilah yang sudah disebutkan tadi.
Jadi, sudah tertarik untuk investasi saham? Yuk, mulai dari sekarang!

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *